Alkisah, di masa lampau di negeri Jepang, ada sebuah perguruan silat
yang terkenal. Suatu saat seorang pendeta tua yg juga adalah guru
besar di perguruan tersebut dan muridnya yang masih muda melakukan
suatu perjalanan. Suatu ketika mereka melewati sebuah sungai yang lebar
dan berarus deras, di tepian sungai tampak ada seorang wanita cantik
yang takut untuk menyeberangi sungai itu dan menunggu orang-orang untuk
membantunya menyeberangi sungai itu. Sang murid yang jarang bertemu
wanita di perguruan nya, terpesona sekali melihat wanita tersebut,
namun ia memilih diam saja, demi menghormati sang guru dengan apa yg
diajarkannya selama ini.
Melihat orang yang butuh bantuan, sang
guru bijak pun mendekati wanita tersebut dan menawarkan bantuannya untuk
menyeberangkan nya melewati sungai. Sang gadis pun menerima tawaran
tersebut, akhirnya wanita tersebut di gendong oleh guru bijak itu
menyeberangi sungai dan menurunkannya di pinggir seberang sungai.
Kemudian Guru bijak itu meneruskan perjalanannya di ikuti oleh
muridnya.Dalam perjalanan, murid muda itu menggerutu dalam hati dan
gemas akan perilaku sang guru itu yang menggendong wanita itu yang
menurut dia tak dipantas dilakukannya. Ia berpendapat, seharusnya
sebagai seorang guru yang bijak, tidak selayaknya menggendong wanita
cantik itu, karena akan menurunkan wibawa dan kharismanya.
Sesampainya
di perguruan maka sang murid itu menumpahkan semua kekesalannya kepada
Guru Bijak itu karena perilaku nya menggendong perempuan cantik di tepi
sungai tadi.
”Bapak Guru , kenapa engkau menggendong perempuan
cantik, bukankah engkau sebagai seorang pendeta telah melanggar ajaran
yang selama ini engkau ajarkan kepada kami, murid-muridmu untuk tidak
menyentuh wanita. Kenapa engkau tidak memberi contoh yang baik,
tindakanmu menggendong perempuan cantik itu sangat tidak cocok dengan
posisimu sebagai guru dan pendeta di perguruan ini” Keluh dan gerutu si murid kepada guru bijak.
Guru Bijak itu dengan lembut tanpa marah berkata kepada muridnya ”Anakku,
wanita cantik itu tadi sudah lama saya turunkan di pinggir sungai, saya
bantu dengan hati yg bersih dan telah kulupakan, tetapi kenapa engkau
hingga sampai kini tetap menggendongnya dalam pikiran mu ?”
Bersihkanlah
pikiranmu, murid ku, tadi saya membantunya dengan hati yg bersih.
Jangan engkau kembangkan pikiran2 yang lain yang membuat kalut di
pikiran, sebab kadangkala setan membisikan pikiran2 jelek, jika kita
pelihara pikiran jelek tersebut, maka akan membuat kita terjebak dalam
pikiran yang kotor tersebut dan tidak menemukan kedamaian. Jangan
pelihara ( gendong) segala pikiran jelek berlama-lama, letakkanlah pada
tempatnya, bersihkanlah pikiran mu. Kebanyakan kita masih sering
menggendong masalah masa lalu kita walau sebenarnya sudah selesai, dan
ini menimbulkan ketidaknyamanan hati. ( Sumber, cerita lama dari
Jepang )
Cerita lama di atas adalah juga semacam cerita simbolik
yang menggambarkan bagaimana manusia perlu kejernihan hati dan
kebersihan pikiran dalam menempuh kehidupan di dunia ini. Wanita cantik
dalam cerita diatas yang membuat sang murid begitu terpesona, adalah
juga gambaran pesona dunia yg begitu menawan hati, dalam realita
kehidupan pesona dunia tersebut bisa dalam bentuk silau atas pesona
harta kekayaan, jabatan yg tinggi, harta benda seperti rumah, kendaraan
yang besar mewah, kekuasaan, dan berbagai bentuk kenikmatan dunia lain
nya, yang secara naluriah jadi pengharapan dan impian kebanyakan
manusia.
Seorang manusia yang memiliki prinsip hidup dilandasi
pemahaman agama yg kuat, tak akan mudah silau dengan pesona nikmat dunia
tersebut, karena ia tahu itu semua hanyalah kenikmatan yang sementara.
Kenikmatan dunia yang kita terima patut disyukuri, namun itu hanyalah
jadi sarana dalam menempuh jalan hidup ini, bukan menjadi tujuan. Itu
semua bisa difahami kalau kita memiliki hati yang jernih dan niat yg
ikhlas.
Seorang ulama besar pernah berkata “Dunia dan
kenikmatannya cukuplah bagai dalam genggaman tangan saja, janganlah
sampai dimasukkan ke dalam hati”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar