01 Mei, 2010

Introspeksi

Pagi yang cerah, dengan keadaan tubuh yang segar, serta otak yang siap untuk menerima hal baru aku berjalan santai menuju tempat belajar. Setelah sampai, aku dengan penuh senyum memberikan salam pada teman-teman belajar, mereka merespon dengan senang hati. Seletah proses belajar mengajar dimulai, saya membuka dengan diskusi masalah model pembelajaran yang pada semester 1 banyak keluhan, maklum saja, saya bukan basic seorang pengajar, tapi sama-sama pembelajar.

Setelah beberapa saat mereka berdiskusi, mereka mengutarakan pendapat masing-masing. Kemudian saya mengucapkan kata-kata yang mengoreksi diri, kurang lebihnya demikian “ Saya pernah membaca penilaian terhadap pengajar yang membandingkan saya dengan pengajar yang senior, dan ada yang menulis agar saya keluar dari atap organisasi ini” saya melihat mereka mendengarkan tanpa suara, mereka focus sekali, saya melanjutkan “sebenarnya saya sangat marah ketika membaca tulisan tersebut, tetapi kemudian saya sadar, saya adalah seorang pembelajar bukan seorang pengajar, jadi saya dan kalian adalah sama” mereka seperti menahan nafas yang panjang. Saya memang seorang yang tergolong pendiam, karena karakterku dari kecil. Sampai detik ini aku berusaha mudah bergaul dengan orang-orang, agar tidak menjadi orang yang tertutup alias “horor..”wkakaka…

Dengan banyak bicara untuk mengutarakan apa yang ada di otakku, aku memberikan solusi dengan beberapa pilihan dari beberapa model pembelajaran yang saya tangkap, kemudian mereka menjawab “Aku manut” (Artinya: saya ngikut). Saya kemudian menggelengkan kepala pertanda tidak menduga. Bagaimana bisa, mereka tadi memberikan ide2 walau dengan malu-malu, tapi sekarang mereka tidak memiliki pendirian.

Jam menunjukkan pukul 9, pertanda proses pembelajaran telah usai, terpaksa saya keluar dari ruangan dengan mengantongi kesimpulan yang mengambang. Ternyata saya perlu banyak introspeksi diri, banyak belajar serta berusaha lebih baik. Sebenarnya saya ingin mengajak mereka membuat terobosan baru terhadap mereka, tetapi ada teman tutor yang mengatakan “kasihan mereka,hidupnya susah, domisilinya jauh dengan ditempuh berjalan kaki”, kemudian aku membatin, “justru itu yang menjadi perbedaan orang-orang yang ada(memiliki materi) dengan kita, kita seharusnya berani mengambil resiko belajar dengan keras, karena dengan ilmu kita bias maju”. penyakit yang sulit diobati adalah penyakit "PESIMIS". seringkali aku mengalami hal seperti ini sampai-sampai ada orang yang jengkel hingga dia terkadang menjauhi aku. Aku harus berubah lebih baik serta lebih berani.

Marilah kawan, walupun kita tidak mampu, tapi kita masih memiliki tenaga serta tekat untuk maju, jangan padamkan semangat itu, bila perlu kobarkan semangat yang lebih besar, agar dunia tau, walau berada di pelosok desa kita itu ADA.

-RaDJa-

3 komentar:

4di3 mengatakan...

Monggo di comment

^_^

document.rofiqoh mengatakan...

introspeksinya bgus, tpi klo yg mau dajk bngkit mau knpa hrus dngerin kata2 tutor..?

4di3 mengatakan...

Baik kalu begitu, orang yang optimis pasti memiliki jalan tersendiri.
banyak hal yang bisa dilakuakn tanpa ada dorongan dari orang lain,salah satunya blog.belajar menulis dengan blog dan selalu di komentari orang akan memberikan pengalaman yang tidak ada di sekolahan. tetep semangat menulis.